Pembangunan ekonomi pedesaan terutama di daerah yang terpencil
(tertinggal) tidak terlepasdari pembangunan sektor pertanian. Kondisi ini
disebabkan karena sebagian besar masyarakat pedesaan (sekitar 80%) mencari nafkah
dari sektor pertanian yakni: perkebunan, perikanan,peternakan, kehutanan,
tanaman pangan dan hortikultura. Apabila ingin memacu pertumbuhan ekonomi di
pedesaan salah satu prioritasnya adalah pengembangan sektor pertanian yang
berbasis agribisnis.Untuk jenis agribisnis skala besar seperti perkebunan boleh
dikatakan tidak banyak kendala, karena sector perkebunan yang dikembangkan
selama ini berorientasi ekspor yang dikelola oleh perusahan besar.Namun yang
jadi masalah adalah pengembangan ekonomi pedesaan dari usahatani skala kecil
yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat.Dalam pengembangan sektor
pertanian skala kecil tersebut masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam
pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya
petani skala kecil, antara lain:
1. lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap
sumber permodalan. Salah satu faktor produksi penting dalam usaha tani adalah
modal. Besar-kecilnya skala usaha yang dilakukan tergantung dari pemilikan
modal. Secara umum pemilikan modal bagi masyarakat pedesan masih relatif kecil,
karena modal ini biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha
sebelumnya. Untuk memodali usaha selanjutnya masyarakat desa (petani) terpaksa
memilih alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu
(pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan
perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
petani sering terjerat pada system pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak
petani.
2. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
Kesuburan tanah di pedesaan sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin
bermasalah. Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang
dapat dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku
petani dalam berusaha tani.
3. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Sarana
produksi sangat diperlukan dalam proses produksi untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan.Pengadaan sarana produksi di pedesaan itu bukan hanya menyangkut
ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, tetapi yang lebih penting adalah jenis
dan kualitasnya. Oleh karena itu pengadaan sarana produksi ini perlu direncanakan
sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
dipergunakan pada waktu yang tepat.
4. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan
teknologi. Usaha pertanian di pedesaan merupakan suatu proses yang memerlukan
jangka waktu tertentu. Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor
produksi dan sarana produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang
diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan.
5. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran
inspirasi (bottom up) para anggotanya.
6. kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya
manusia untuk sektor agribisnis. Petani merupakan sumberdaya manusia yang
memegang peranan pentingdalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha
tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani
itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia
ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.
Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator dalam menilai permasalahan
yang ada pada kegiatan pertanian.
0 Comments:
Post a Comment