Judul :
Keberangkatan
Penulis : Nh. Dini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 196 halaman
ISBN :
978-979-22-5836-3
Dalam novel ini, dikisahkan seorang gadis Indo, dengan latar
belakang situasi pasca kemerdekaan, dimana sentimen terhadap orang Indo atau
Belanda masih sangat kuat. Gadis Indo ini bernama Elisabeth Frisaart. Memiliki
keluarga yang tidak begitu harmonis dengan sekelumit misteri dibaliknya. Ibunya
tidak menyayangi anak-anaknya dan sangat gila harta. Barang Elisa pun sering
ingin dimilikinya. Elisa sudah bekerja sebagai pramugari di GIA.
Meski berdarah campuran yang tinggal di Indonesia, Elisa
sangat menyukai dan mencintai Indonesia. Ketika keluarganya memutuskan untuk
kembali ke Belanda, karena kesulitan ekonomi dan sentimentalisme lingkungannya,
Elisa tetap memutuskan untuk hidup sendiri di Indonesia.
Suatu ketika, ia berkenalan dan kemudian melabuhkan hatinya
kepada seorang pemuda lokal bernama Sukoharjito, seorang pegawai protokol di
istana dan juga saudara sepupu Lansih, sahabat karibnya. Setelah setahun
merajut kasih, tak ada tanda-tanda dari Sukoharjito untuk menikahinya, walau
Suko sudah mengenalkannya pada keluarga besarnya di Solo. Masih diliputi tanda
tanya yang besar, tiba-tiba Elisa mendapat kabar mengejutkan bahwa Suko akan
menikah dengan keponakan ajudan presiden. Betapa terkejut dan terpukulnya
Elisa. Selama ini ia memberikan segenap hatinya untuk pria tersebut tapi lantas
pria tersebut malah meninggalkannya.
Belakangan diketahui bahwa ternyata pernikahan itu
dikarenakan si wanita yang sudah hamil duluan. Lansih mengatakan betapa
beruntungnya Elisa tidak sampai kebablasan seperti wanitai itu, sejauh-jauhnya
Elisa hanya dicium. Elisa sendiri memang tidak mengikuti gaya pergaulan gadis
Indo yang persepsinya lebih bebas. Elisa memegang teguh adat Indonesia yang
hanya akan menyerahkan kegadisan setelah menikah.
Selain masalah percintaan, Elisa juga dihantui masalah siapa
ayah kandungnya, sebab berdasarkan cerita yang ia dapat, ibunya adalah seorang
petualang cinta, meski sudah menikah. Rangkaian cerita menuntunnya menemukan
Talib, pelukis yang dulu diangkat oleh ayahnya, Fred Frisaart, dan ternyata
jatuh cinta pada ibunya. Talib muda sangat menyayangi Elisa dan turut
mengasuhnya selama di Surabaya sebelum keluarga Frisaart pindah ke Jakarta.
Itulah mengapa Elisa sempat mengira Talib adalah ayahnya. Tapi kenyataannya
sendiri tak pernah terungkap di dalam novelnya.
Setelah terpuruk karena patah hati, Elisa sempat kehilangan
gairah hidupnya. Hingga suatu hari ia berkenalan dengan Gail, seorang wartawan
asing yang bertugas di Jakarta. Gail sendiri ternyata menaruh hati pada Elisa.
Namun, dikala hendak menjalin kasih, Elisa malah memutuskan untuk kembali ke
Belanda, mengikuti keluarganya. Gail sangat sedih tapi tidak berarti dia
menjadi patah arang. Sebelum Elisa berangkat, ia menitipkan sebuah karangan
bunga berisi uang 100 dolar-nya yang terisisa agar Elisa segera mengirim kabar
padanya begitu tiba di Belanda.
Kelebihan dr novel ini
adalah pesan bahwa jgn mudah terpengaruh dan asal bergaul dgn lingkungan
sekitar. Seperti karakter Elisa, meski banyak teman pria dia tidak asal bergaul
dgn teman prianya walau Ia sendiri berharap harap ada isyarat datang
padanya. Bahasanya bagus tetapi ada juga
kalimat yg sulit kumegerti.
0 Comments:
Post a Comment