Jumat, 10 Januari 2014

Macam - Macam Dualisme

Dualisme dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :

1.      Dualisme Sosial
Dualisme sosial merupakan temuan penelitian dari seorang ekonom Belanda, J. H. Boeke.tentang sebab-sebab kegagalan dari kebijaksanaan (ekonomi) colonial Belanda di Indonesia.Kegagalan kebijaksanaan ekonomi liberal yang diterapkan Belanda pada tahun 1870 dalam upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, menjadikan kebijaksanaan colonial ditinjau kembali secara intensif.Berawal dari tesis doktornya pada tahun 1910, Boeke menyatakan bahwa pemikiran ekonomi Barat tidak bisa diterapkan dalam memahami permasalahan perekonomian negara-negara jajahan (tropis) tanpa suatu "modifikasi" teori. Jika ada pembagian secara tajam, mendalam, dan luas yang membedakan masyarakat menjadi dua kelompok, maka banyak persoalan sosial dan ekonomi yang bentuk dan polanya sangat berbeda dengan teori ekonomi Barat sehingga pada akhirnyateori tersebut akan kehilangan hubungannya dengan realitas dan bahkan kehilangan nilainya.





Oleh karena itu, Boeke menganggap bahwa prokondisi dari dualismenya adalah hidup berdampingannya dua sistem sosial yang berinteraksi hanya secara marginal melalui hubungan yang sangat terbatas antara pasar produkdan pasar tenaga kerja.Prinsip pokok tesis Boeke adalah pembedaan antara tujuan kegiatan ekonomi di Barat dan Timur secara mendasar.Ia mengatakan bahwa kegiatan ekonomi di Barat berdasarkan pada rangsangan kebutuhan ekonomi, sedangkan Indonesia disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan sosial. Secara tajam ia mengkritik usaha-usaha untuk menjelaskan proses pengalokasian sumberdaya atau ditribusipendapatan dengan cara menggunakan teori produktivitas marginal dari kaum Neo Klasik, terutama sekali karena immobilitas sumber daya dalam masyarakat Timur.

Berbicara mengenai konsep dualismenya sendiri, Boeke mengawali penjelasannya dengan mengatakan bahwa dalam arti ekonomi masyarakat memiliki tiga ciri yaitu semangat sosial, bentuk organisasi, dan teknologi yang mendominasinya. Saling ketergantungan dan saling keterkaitan antara ketiga ciri tersebut disebut system sosial atau gaya sosial. Suatu masyarakat disebut masyarakat yang homogen jika didalamnya hanya terdapat satu sistem sosial. Tetapi, dalam suatu masyarakat bias juga terdapat dua sistem sosial atau lebih. Masyarakat seperti itu disebut masyarakat duatistik atau majemuk.Di dalam masyarakat yang dualistik, ada dua sistem sosial yang wujud secara berdampingan di mana yang satu tidak dapat sepenuhnya menguasai yang lainnya, demikian sebaliknya. Keadaan dualistic tersebut disebabkan oleh adanya sistem sosial yang lebih moderen terutama berasal dari negara-negara Barat yang kemudian berkembang di negara lain sebagai akibat dari adanya penjajahan dan perdagangan internasional sejak abadyang lalu. Penetrasi sistem sosial yang baru itu menyebabkan kegiatan dan cara berpikir sebagian masyarakat di negara jajahan (atau NSB) sama dengan yang terdapat dinegara-negara yang sudah lebih maju. Sementara itu, di lain pihak perubahan sistem sosialnya sangat kecil sekali, sehingga keadaan yang terjadi setelah adanya penetrasi tersebut tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan keadaan sebelum penetrasi tersebut.




Berdasarkan keadaan tersebut, Boeke mengemukakan teorinya tentang dualisme sosial di NSB, dan pengertian tersebut didefinisikannya sebagai suatu pertentangan dari suatu sistem yang diimpor dengan sistem social pribumi yang memiliki corak yang berbeda.Penetrasi yang terjadi sebagian besar berawal dari penetrasi dalam bidang politikyaitu yang berbentuk penjajahan yang dilakukan oleh beberapa negara Barat terhadap sebagian besar daerah di Asia dan Afrika.Kemudian penetrasi tersebut berbentuk pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi moderen di wilayah-wilayah tertentu dalam daerah yang dijajah tersebut.Kegiatan-kegiatan ekonomi itu terutama sekali adalah dengan mengembangkan perkebunan-perkebunan yang ditanami tanaman-tanaman ekspor dan perusahaan-perusahaan pertambangan.

Pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi di atas mengakibatkan perkembangan ekspor dari berbagai daerah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin lebih cepat darisektor-sektor lainnya pada pertengahan abad ke-19. Perkembangan tersebutbertambah pesat lagi pada awal abad ke-20 ini.Hal ini tampak pada perkembangan nilai ekspor dari semua NSB, terutama ekspor bahan mentah, dan pada perubahan peranan bahan mentah dari NSB tersebut dalam keseluruhan ekspor bahan mentah dunia.Perkembangan sektor ekonomi moderen, yang pada awalnya terutama timbul sebagai akibat dari perkembangan kegiatan perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan, juga mengakibatkan perubahan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi di sektor tradisional.Dalam sektor tradisional ini kegiatan pertukaran semakin meluas dan kegiatan produksi bukan saja dikhususkan untuk menghasilkan bahan makanan untuk keperluan sendiri (subsisten), tetapi juga untuk tujuan komersial.Sekarang kegiatan para petani juga meliputi kegiatan produksi untuk menghasilkan bahan makanan yang berorientasi pada pasar dan menanam tanaman ekspor.Perkembangan perkebunan-perkebunan besar telah membuka mata para petani sektor tradisional tentang kemungkinan untuk memperoleh tambahan pendapatan dengan menanam tanaman-tanaman ekspor.




Kesadaran ini mendorong mereka mengembangkan tanaman ekspor tersebut dan perkembangan tersebut merupakan salah satu faktor penting yang menciptakan perluasan kegiatan pertukaran di sektor ekonomi tradisional.Para petani menjual hasil tanaman ekspornya ke pasar dan kemudian hasil penjualan tersebut digunakan untuk membeli produk-produk sektor industri dan kadang-kadang bahan makanan.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor tradisional untuk mengembangkan tanaman ekspor merupakan salah satu penyebab dalam perubahan dalam corak kegiatan pertanian di sektor pertanian tradisional dari berupa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sendiri menjadi meliputi pula usaha untuk memenuhi keperluan pasar.Namun demikian, perkembangan tersebut tidak banyak merubah aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat tradisional. Misalnya organisasi produksi dan carabercocok tanam keadaannya masih tetap sama dengan keadaan pada waktu pertanian masih bersifat subsisten. Adat istiadat dan faktor-faktor sosial lainnya juga tidak mengalami perubahan yang fundamental, dan perkembangan tingkat pendidikan di sektor tradisional masih sangat kecil.Oleh karena itu, di dalam masyarakat tersebut terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara kegiatan dan organisasi ekonomi yang dikembangkan menurutcara-cara yang moderen yang menggunakan teknologi moderen dengan organisasi masyarakat yang berkembang menurut cara-cara tradisional yang telah biasa dilakukan di dalam masyarakat tersebut. Sebagai akibatnya timbullah apa yang kita namakan dualisme sosial, di mana di dalam masyarakat tersebut terdapat duasistem sosial yang sangat berbeda dan keduanya wujud secara berdampingan.

Teori dualisme Boeke ini banyak sekali dikritik, tetapi banyak pula yang mendukungnya. Kritik terhadap teori ini biasanya berasal dari ekonom Neo Klasik(misalnya Higgins) sedangkan yang mendukungnya biasanya berasal dari sosiologdan antropolog.




Para ekonom aliran Neo Klasik biasanya menolak berlakunya sistem dualisme ini karena mereka bertitik tolak dari paradigma Neo Klasik bahwa dualisme adalah fenomena yang bersifat sementara, sebagai akibat belum sempumanya pasar; dalam proses pembangunan, menurut mereka dualisme akan berkurang dan lambat faun akan hilang dengan sendirinya. Secara khusus, Mackie (1981) dengan tegas mengatakan bahwa teori dualism (Boeke) tidak membantu, bahkan menghambat usaha mempelajari perekonomian Indonesia Namun demikian dia juga heran mengapa teori yang dianggap "salah"oleh banyak sarjana ekonomi itu terus-menerus dibicarakan dalam hubungan dengan perekonomian Indonesia. Masih banyak kritik lain, misalnya dari beberapapenulis Belanda, tetapi tidak akan kita bahas di sini karena buku ini hanya bersifat mengantar untuk memahami permasalahan ini lebih lanjut.

Sementara itu, para sosiolog dan antropolog menyatakan bahwa kalau memang dalam suatu masyarakat terdapat dualisme, maka sifat tersebut tidak akan hilang begitu saja dengan adanya proses pembangunan ekonomi. Itulah sebabnya DiffordGeertz (1963) dengan menggunakan konsep-konsep dualisme dalam ekologi menunjukkan dukungannya pada teori Boeke. la menggambarkan perbedaanantara "Indonesia dalam" dan " Indonesia luar", dan antara sektor perkebunan moderen yang padat modal dengan sektor pertanian tradisional yang padat karya.

2.      Dualisme Teknologi
Benjamin Higgins (1956) mempertanyakan kesahihan dan observasi empiris Boeke dan menunjukkan contoh yang lebih khusus kegunaan kerangka analisis ekonomi Barat dalam menghadapi apa yang dikemukakan Boeke Higgins, yang secara eksplisit menolak dualisme sosialnya Boeke, menemukan bahwa asal mula dari dualisme adalah perbedaan teknologi antara sektor modern dan sektor tradisional.




Menurut Higgins, sektor moderen terpusat pada produksi komoditi primer dalam pertambangan dan perkebunan. Sektor moderen itu mengimpor teknologinya dari luar negeri.Teknologi impor yang digunakan dalam sektor modern tersebut bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) di mana secara relatif modal lebih banyak digunakan Keadaan ini berbalikan dengan keadaan pada sektor tradisionalyang ditandai oleh besarnya kemungkinan untuk mengganti modal dengan tenaga kerja serta penggunaan metoda produksi yang padat tenaga kerja (labor intensive). Perkembangan sektor modern terutama sekali merupakan respons terhadap pasar luar negeri dan pertumbuhannya hanya mempunyai dampak yang kecil terhadap perekonomian lokal sedangkan perkembangan sektor tradisional sangat terbatas karena kurangnya tabungan (pernbentukan modal) dengan kata lain, dualisme teknologi adalah suatu keadaan di mana di dalam suatu kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan organisasi produksiyang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar.

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor moderen antara lain:industri minyak, industri pertambangan lainnya, perkebunan yang diusahakansecara besar-besaran, industri-industri pengolahan, transportasi, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang teknologinya rendah antara lain:pertanian pangan, industri rumah tangga, pertanian barang ekspor yang menggunakan metoda dan organisasi produksi yang tradisional, dan lain-lain. Faktor-faktor lain, selain penggunaan modal yang lebih banyak, yang menyebabkan perbedaan tingkat produktivitas antara sektor moderen dan sector tradisional menjadi sangat tinggi antara lain: tingkat pendidikan para pekerja,teknik produksi, dan organisasi produksi.




3.      Dualisme Finansial
Hla Myint (1967) meneruskan studi Higgins tentang peranan pasar modal dalam proses terjadinya dualisme. Myint membuat analisis mengenai pasar uang yang terdapat di NSB dan menunjukkan adanya dualisme finansial.Pengertian dualism finansial ini menunjukkan bahwa pasar uang di NSB dapat dipisahkan ke dalam 2 kelompok yaitu pasar uang yang memiliki organisasi yang baik (organized moneymarket) dan pasar uang yang tidak terorganisir (unorganized money market).Pasar uang jenis pertama terdiri dari Bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan non-Bank.Lembaga-lembaga tersebut terutama sekali terdapat di pusat-pusat bisnis dan kota-kota besar.Perkembangan pasar uang tersebut bersamaan dengan adanya perluasan investasi untuk mengembangkan perkebunan tanaman ekspor dan perusahaan-perusahaan pertambangan.

Oleh karena itu, pada mulanya kegiatan lembaga keuangan tersebut terutama sekali bertujuan untuk menyediakan pinjaman-pinjaman kepada perusahaan-perusahaan tersebut.Namun setelah NSB mencapai kemerdekaan, pemerintah mereka mengadakan berbagai usaha yang bersifat mendorong lembaga-lembaga keuangan modern untuk memberikan pinjaman kepada sektor-sektor ekonomi lainnya, terutama kepada sektor industri dan sektor pertanian rakyat.Sedangkan pasar uang yang tidak terorganisir adalah pasar uang yang tidak berbentuk lembaga keuangan formal.Misalnya para rentenir, para petani kaya, pedagang-pedagang perantara, dan pemilik-pemilik modal di daerah-daerah lain dalam negara tersebut.




4.      Dualisme regional.
Dualisme regional ini banyak dibicarakan para ahli sejak tahun 1960-an. Pengertian dualisme regional ini adalah ketidak seimbangan tingkat pembangunan antar berbagai daerah dalam suatu negara.Ketidakseimbangan ini sebenarnya terdapat juga di negara-negara maju, tetapi keadaannya tidaklah separah seperti yang terjadi di NSB.Selain itu, di negara-negara maju ketidakseimbangan itu cenderung bertambah kecil.Di NSB keadaannya berbeda. Di NSB, pada tahap awal proses pembangunannya, perbedaan tingkat pembangunan antar daerah semakin buruk dibandingkan pada masa lalu.

Ada beberapa daerah yang herkembang sangat pesat sehingga banyak di antaranya mencapai keadaan ekonomi dan sosial yang sudah mendekati negara maju, sedangkan di lain daerah perkembangannya sangat lambat dan bahkan mungkin mengalami kemunduran. Dualisme regional ini bisa mengakibatkan bertambah lebarnya kesenjangan (gap) tinqkat kesejahteraan antara berbagai daerah.Selain itu, dualisme regional yang semakin buruk juga hisa menimbulkan masalah-masalah sosial-politik yang dapat mengharnbat usaha untuk mempercepat lajunya pertumbuhan ekonomi di NSB.

Dualisme regional di NSB dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.      Dualisme antara daerah perkotaan dan pedesaan
2.      Dualisme antara pusat negara, pusat industri dan perdagangan dengan daerahdaerahlain dalam negara tersebut


Kedua jenis dualisme tersebut timbul terutarna sekali sebagai akibat dari investasiyang tidak seimbang antara daerah perkotaan dengan daerah pertanian (pedesaan).Ketidakseimbangan tersebut akhirnya menyebabkan kesenjangan antara pusat negara dengan daerah-daerah lainnya dan antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan bertambah besar.

0 Comments:

Designed by Animart Powered by Blogger